Jembatan Ampera
Nama resmi | Jembatan Ampera |
---|---|
Mengangkut | 4 lajur |
Melintasi | Sungai Musi |
Daerah | Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan |
Panjang total | 1,117 metre (3,665 ft) |
Lebar | 22 metre (72 ft) |
Tinggi | 63 metre (207 ft) |
Rentang terpanjang | 75 metre (246 ft) |
Jumlah rentangan | 1 (jembatan utama) 1 (keseluruhan) |
Panjang : 1.117 m[butuh rujukan] (bagian tengah 71,90 m)
Lebar : 22 m
Tinggi : 11.5 m dari permukaan air
Tinggi Menara : 63 m dari permukaan tanah
Jarak antara menara : 75 m
Berat : 944 ton
Sejarah
Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk na-ma Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Walikota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu.
Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00).
Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.[1]
Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.[2]
Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.[1]
Keistimewaan
Pada awalnya, bagian tengah dan bagian belakang dan bagian depan badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.[4]
Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.
Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_Ampera
5 Fakta Tersembunyi di Balik Keunikan Sungai Musi dan Jembatan Ampera
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Suasana pengujung senja di Jembatan Ampera, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (7/3/2017).
1. Palembang juga disebut dengan kota dari 20 pulau atau De Stad Der Twintig Eilanded (The City Of 20 Island).
Dahulu, terdapat 108 sungai yang membelah kota Palembang dengan lembahnya yang berawa-rawa sehingga tampak seperti puluhan pulau kecil yang tersebar dan mengelilingi palembang
2. Palembang juga memiliki julukan yang lebih eksotik, yaitu Venezia dari timur.
Begitu banyak sungai di kota palembang sehingga bangsa eropa (Belanda khususnya) memberi julukan kepada Palembang seperti sebuah kota di Italia.
3. Pada awalnya jembatan ampera dinamakan Jembatan Bung Karno.
Menurut sejarawan, Djohan Hanafiah, pemberian nama ini sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama tersebut atas kesungguhannya untuk memperjuangkan keinginan warga Palembang untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.
Jembatan Ampera ini mulai dibangun dari tahun 1962 dan rampung pada tahun 1965.
4. struktur Jembatan Ampera memiliki panjang 117 m dengan bagian tengah jembatan sepanjang 71,90m persis di atas Sungai Musi, lebar 22 m, tinggi 11,5 m dari permukaan air, tinggi menara 63 m dari permukaan tanah, jarak antara menara 75m dan berat 944 ton.
5. Biaya yang di habiskan pada awal pembangunan Jembatan Ampera adalah 4.500.000 dolar AS (kurs saat itu 1 dollar = Rp200).
Dana ini didapat dari hasil rampasan perang saat Jepang mudur dari Indonesia pada Perang Dunia II.
Namun, arsitek yang membuat rancangan ini adalah seorang warga negara Jepang.
Jembatan Ampera
sumber : http://bangka.tribunnews.com/2017/08/04/5-fakta-tersembunyi-di-balik-keunikan-sungai-musi-dan-jembatan-ampera
Tidak ada komentar:
Posting Komentar